Sabtu, 01 Januari 2011

MENGENAL DIRI


Untuk mengenalkan diri kepada Allah terlebih dahulu kita harus lebih mengenal diri kita sendiri. Tidak ada sesuatu yang lebih dekat dengan kita melainkan kita sendiri. Maka jika kita tidak mengenal diri kita, mana mungkin dapat mengenal tuhan Dzat Yang Maha Halus?
Seandainya kita mengatakan : Aku mengenal diri”, maka yang kita kenal itu bukannya kita yang sebenarnya tetapi hanyalah tubuh fisik yang berupa tangan, kaki, kapal dan  badan. Kita tidak mengenal apa yang ada dalam batin kita yang merupakan sesuatu yang karenanya bila kita marah, itu berarti mencari permusuhan, bila bernafsu, berarti ingin kawin, bila lapar, berarti ingin makan. Dalam hal-hal seperti ini kita tidak berbeda dengan hewan.
Kita harus mengenal diri kita. Dari mana dan untuk apa kita hidup? Dengan apa kita bahagia dan hal-hal apasaja yang membuat kita sengsara. Didalam diri kita berkumpul beberapa karakter; karakter hewan, karakter binatang buas dan karakter malaikat. Setiap karakter tersebut mempunyai santapan dan kebahagiaannya sendiri-sendiri.
·         Kebagiaan hewan terletak pada makan, minum, tidur dan kawin. Kalau kita termasuk bagian ini, maka kita akan mengerjakan apapun dan pemenuhan perut dan nafsu seksual semata.
·         Kebahagiaan binatang buas terletak pada menghantam dan menyerang, sedangkan kebahagiaan setan terletak pada perbuatan tipu menipu, menganiaya dan memperdayakan.
·         Sementara kebahagiaan malaikat terletak pada musyahadah hadlirat Ilahi. Angkatan murka dan nafsu tidak akan sampai kepada mereka.
Karakter-karakter itu diciptakan bukan agar kita menjadi tawanan, tetapi sebaliknya, ia diciptakan untuk menjadi tawanan kita dan pengendali atau bekal dalam perjalanan kita. Kalau tujuan tersebut telah tercapai, maka kita dapat mempertahankannya dan membawanya kepada kebahagiaan. Kita perlu mengetahui pengertian-pengertian ini, sehingga dapat mengenal sedikit demi sedikit siapa diri kita.
Kalau kita ingin mengenal lebih dekat lagi, maka yang harus kita ketahui adalah kita terdiri daridua hal yaitu hati dan apa yang dinamakan jiwa dan ruh.
Jiwa adalah hati. Ia laksana matahari (penerang), sekaligus merupakan hakekat kita yang terdalam. Sebab jasad adalah permulaan dan dia akan rusak, sedangkan jiwa adalah akhir dan ialah yang pertama dan disebut hati (jantung). Tapi jantung yang dimaksud bukanlah sepotong daging yang ada di rongga dada sebelah kiri. Sebab, kalau itu pada binatang dan mayat pun ada.
Segala sesuatu yang dapat kita lihat melalui mata lahir adalah termasuk alam. Alam yang dimaksud adalah dunia yang bisa dilihat, sedangkan hakikat hati bukanlah dari dunia yang bisa dilihat ini, tetapi dari alam ghaib. Didunia ini dia asin dan potongan daging itu adalah kendaraannya. Adapun semua anggota badan merupakan bala-tetntara atau parajurit-prajuritnya. Dialah sang raja.
Nyawa (ruh) hewani pada apapun juga, mengikuti dan mengiringinya. Dan mengetahui hakekatnya serta mengenal sifat-sifatnya merupaka kunci bagi mengenal Allah swt. Karenanya, kita harus berjuang hingga dapat mengenalinya. Sebab ia  merupakan unsur mulia dan anasir malaikat yang sumber aslnya adalah dari hadlirat Ilahi. Dari tempat itu dia datng dan kepadanya ia akan kembali.
Dari penjelasan diatas maka landasan pertama berjuan untuk mendekatkan dirinya kepa Allah adal mengenal “pasukan hati”, sebab arang yang tidak mengenal pasukannya, perjuangan tidak sah.
Hati diciptakan untuk amal akhirat, demi mencari kebahagiaannya. Kebahagiaannya adalah mengenal Tuhannya. Sedangkan mengenal Tuhannya dicapai melalui tindakan, sementara hati hanya termasuk kumpulan alamnya. Hati tidak dapat mencapai pengenalan terhadap keajaiban-keajaiban alam kecuali melalui indera. Indera sendiri bersumber dari hati dan raga merupakan kendaraannya. Lalu selanjutnya, hati melakukan pengenalan terhadap buruan dan perangkapnya. Adapun raga, ia hanya dapat berdiri dengan makanan, minuman, suhu, ia lemah, mudah terserang lapar dan haus, rentan terhadap bahaya air dan api. Ia juga rentan terhadap penyakit.
Kita juga perlu mengenal dua macam pasukan. Pertama pasukan lahir, yang berupa nafsu dan angkara murka, dimana tempatnya pada kedua tangan, kedua kaki, kedua mata, kedua telinga dan segenap anggota badan. Kedua pasukan batin, tempatnya dibenak, berupa kekuatan khayali /imajinasi, daya pikir, day ingat,daya hafal dan daya angan-angan.
Masing-masing kekuatan, dari kekuatan-kekuatan ini, mempunyai fungsi tertentu. Bila salah satu dari kekuatan-kekuatan itu lemah, maka lemah pula keadaan manusia di dunia maupun di akhirat. Kedua pasukan ini berada dalam hati. Ia menjadi komandan terhadap keduanya. Bila ia memerintahkan lisan untuk berzikir, maka lisan pun berzikir, bila ia memerintahkan tangan untuk memukul, tangan pun memukul. Demikian pula pada panca indera. Dengan demikian, manusia dapat menjaga dirinya sendiri agar dapat menyimpan perbekalan bagi kehidupannya di akhirat.
Dengan bergatinya tahun bukan berarti umur kita semakin bertambat, akan tetapi malah semekin mendekatkan kita dengan kematian, karena tidak ada satupun yang abadi sealai Sang Pencipta. Untuk itu kita sebagai manuasia yang telah di ciptakan oleh Allah , maka kita harus mendekat kan diri kepada Nya, yaitu dengan memperbanyak zikir, mengerjakan perintah Nya dan menjauhi laranganNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar