Jumat, 26 November 2010

RESENSI KITAB TAFSIR



Resensi Tafsir Al-Mishbah
Judul: Tafsir Al-Mishbah
Penulis: M Quraisy Syihab
Penerbit: Lentera Hati
Tafsir Al-Mishbah merupakan tafsir kontemporer yang bagus dipakai untuk menafsirkan Al-Qur’an. Tafsir ini bila dibandingkan dengan tafsir sebelumnya sedikit terdapat kelebihan karena sudah mencerminkan perkembangan mutakhir dalam pendekatan terhadap Al-Qur’an.
Dalam rangka memahami aspek akidah, syariah dan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an. Disamping itu, juga ada sedikit menyitir pandapat Mahmud Syaltut (ulama Al-Azhar) yaitu:
-          Perintah memperhatikan alam semesta
-          Perintah mengamati perkembangan manusia
-          Kisah Nabi-Nabi dan orang-orang saleh terdahulu
-          Janji dan ancaman dunia dan akhirat
Quraisy Syihab juga menambahkan pendekatan melalui:
-          Ketelitian dan keindahan redaksi Al-Qur’an
-          Isyarat ilmiah
-          Pemberitaan hal gaib pada masa lalu dan masa depan yang diungkapkannya
Tafsir yang terdiri dari 15 jilid dan memiliki ketebalan halaman yang bervariasi antara 257 hingga 765 halaman perjilid ini, diberi tema Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, ini memberi pengertian bahwa ketiga pendekatan diatas terutama sekali ketelitian dan keindahan redaksi sangat banyak mewarnai penafsiran yang dilakukan.
Tafsir ini juga mengemukakan dan membuktikan keserasian-keserasian dalam redaksi Al-Qur’an yaitu:
-          Kata demi kata dalam satu surah
-          Hubungan ayat dengan ayat berikutnya
-          Uraian awal satu surah dengan penutupnya
-          Penutup surah dengan uraian awal surah sesudahnya tema surat dengn nama surah



Resensi Tafsir Al-Manar
Judul: tafsir Al-Manar
Penulis: Muhammad Abduh
Penerbit: Dar Al-Manar (Qairo)
Tafsir Al-Manar berdasarkan hasil perkuliahan Muhammad Abduh tentang penafsiran Al-Qur’an yang beliau sampaikan di Al-Azhar, yang kemudian disusun setelah beliau wafat (tahun 1905) oleh murid beliau, Rasyid Ridha dengan judul Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim. Namun dikemudian hari, kitab ini populer dengan sebutan Al-Manar
Kitab ini terdiri dari 12 Juz pertama dari Al-Qur’an, yaitu surat Al-Fatihah sampai dengan ayat 53 surat Yusuf. Sedangkan penafsiran dari awal sampai ayat 126 surat A-Nisa’ diambil dari corak pemikiran Muhammad Abduh, selebihnya ditafsirkan oleh Rasyid Ridha dengan memakai metode yang digunakan gurunya. Dalam menafsirkan AL-Qur’an, Abduh lebih cenderung mengkombinasikan antara riwayat yang sahih dan rasionalisme, yang diharapkan bisa untuk menjelaskan hikmah-hikmah syariat sunnatullah, serta eksistensi dari Al-Qur’an itu sendiri sebagai petunjuk bagi ummat manusia. Selain itu, Tafsir ini juga mengilustrasikan banyak tentang masalah-masalah sosial yang dituntaskan dengan sudut pandang Al-Qur’an
Tafsir Al-Manar adalah salah satu kitab Tafsir yang banyak berbicara tentang sastra-budaya dan kemasyarakatan. Suatu corak penafsiran yang menitik beratkan penjelasan Al-Qur’an pada segi penelitian redaksi kata, yang kemudian kemudian menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu redeaksi yang indah dengan penekanan pada tujuan pertama turunnya Al-Qur’an, yakni memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia, dan merangkaikan pengertian ayat-ayat tersebut dengan hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan kemajuan peradaban manusia.
-          Keterangan resensi Tafsir Al-Manar diatas merujuk kepada Ulumul Qur’an karya Ahmad Von Denffer

Resensi Tafsir Al-Maraghi
Judul: Tafsir Al-Maraghi
Penulis: Ahmad Mustafa Al-Maraghi
Metode penulisan Tafsir karya Ahmad Mustafa Al-Maraghi ini adalah sebagai berikut:
-          Menyampaikan ayat-ayatnya diawal pembahasan
-          Disertakan penjelasan kata secara bahasa untuk kata yang sulit dipahami
-          Pengertian makna ayat secara ijmal, akan memberikan pengertian secara penuh sebelum masuk kepengertian tafsir
-          Dilengkapi dengan penjelasan sebab-sebab turun ayat-ayat tertentu (Asbabun Nuzul)
-          Gaya bahasa yang mudah dipahami untuk kondisi sekarang ini karena sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
-          Juga kisah-kisah yang dianggap kurang ilmiah ditiadakan di tafsir ini, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan kontradiksi dengan ayat yang ditafsirkan
-          Kitab tafsir ini disusun dalam 30 jilid, setiap jilid satu juz, supaya dapat mempermudah para pembacanya

Resensi Tafsir Jalalain
Judul: Tafsir Jalalain
Penulis: Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli
Penerjemah: Mahyuddin Syaf dan Badrun Abubakar Lc
Tafsir Jalalain merupakan kitab tafsir yang lebih memfokuskan pembahasannya kepada penganalisaan segi susunan kalimatnya, asal-usul kata-katanya, dan tata cara membacanya. Tafsir ini terdiri dari dua jilid, yang masing-masing jilid ditulis oleh seorang mufassir yang telah saya sebutkan namanya diatas. Dimulai dari surat Al-Baqarah sampai akhir surat An-Isra’ ditulis oleh mufassir Jalaluddin As-Suyuti. Selanjutnya dari surat Al-Kahfi hingga surat An-Nass ditulis oleh Jalaluddin Al-Mahalli. Untuk kelengkapan terjemahan tafsir ini, yaitu pada setiap surat Al-Qur’an dicantumkan asbabun-nuzulnya berasal dari kitab Lubabun-Nuqul karangan Jalaluddin As-Suyuti. Kitab ini terletak di pinggir kitab tafsir Jalalain. Dalam terjemahan tafsir ini, tafsir surat Al-Fatihah diletakkan pada awal terjemahan supaya sesuai dengan Al-Qur’an (Mushaff Utsmani).


Hanya sekian yang bisa penulis simpulkan resensinya dari beberapa tafsir Al-Qur’an, dan penulis yakin dari hasil resensi diatas masih banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki. oleh karena dari itu semua, penulis mohon maaf yang sebesar-sebesarnya atas hal yang demikian tersebut.
ium_ n p ^? > al 17 Agustus 1960, pimpinan partai Masyumi pada tanggal 13 September 1960 menyatakan partainya dibubarkan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan keputusan presiden. Hilangnya partai Masyumi dan PSI (Partai Sosialis Indonesia) di kancah nasional, berarti hancurnya pilar demokrasi dan negara hukum.
            Pada tahun berikutnya, sebagian tokoh puncak keduanya yang berada di Tanah Air, ditangkap dan dipenjarakan, sementara itu pihak-pihak pesantren merapat ke istana. Contoh penangkapan tokoh-tokoh Masyumi tanpa prosedur hukum yang jelas yang terjadi saat Anak Agung Gede melakukan pembayaran jenazah ayahnya, pada saat itu ada Roem, Prawoto, Roem, Soebandrio, Yunan dan Isa. Mereka diiring kepenjara, bahkan tokoh-tokoh yang tidak ikut murni gerakan PRRI Permesta, seperti Buya Hamka, H.E.Z. Muttaqien, KH Isa Anshari, M Roem, Prawoto Mangkusasmito, Soemarso Soemarsono, dll ikut dijebloskan. Ikut pula masuk penjara tokoh Islam non-Masyumi, seperti KH. Imran Rosyadi yang bersal dari NU dan tokoh Pers nasional Mukhtar Lubis. Mereka dikerangkeng karena dianggap menentang kebijakan presiden Soekarno yang cenderung pro komunis.


[1] Dr. Adian Husaini, Artikel
[2] Muh Nurdin, Ibnu Hermawan, Majalah,Saksi kiprah dan jejak politik Masyumi, oktober 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar